35 Tahun STMM “MMTC” Menuju Kampus Transformasi Digital

PERAYAAN 35 TAHUN : Perayaan Dies Natalies STMM ke-35 bersamaan dengan agenda Webinar “Berkreasi Melalui Animasi dan Game dalam Masa Serba Online” di studio STMM.

35 Tahun STMM “MMTC” Menuju Kampus Transformasi Digital

YOGYAKARTA – Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) “MMTC” genap berusia 35 tahun, 31 Juli 2020. Meski hanya dirayakan sederhana usai webinar “Berkreasi Melalui Animasi dan Game dalam Masa Serba Online”, Kamis 30 Juli 2020, peringatan tersebut tetap inspiratif. Ceramah Ketua STMM Ir Noor Iza, MSc dalam webinar menjadi refleksi tantangan perubahan yang harus dihadapi STMM.

Lembaga yang berawal dari Pendidikan dan Latihan Multi Media Training Centre (MMTC) tahun 1985, kini mendapat tantangan besar karena revolusi digital dan era industry 4.0. Perguruan tinggi di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika terus merumuskan sekaligus merespon istilah multimedia di era sekarang.

Noor Iza menyatakan, STMM yang dulu bernama MMTC dibuat untuk pendidikan ahli multimedia, khususnya radio dan televisi (penyiaran). Saat itu, MMTC di bawah Departemen Penerangan memang berkonsentrasi ke penyiaran, karena saat itu penyiaran adalah media yang mempunyai jangkauan luas. Namun, saat ini dengan adanya internet, muncul media-media baru yang jangkauanya lebih luas, lebih cepat, dan karakteristiknya berbeda. Oleh karena itu, STMM juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan baru hard skill dan soft skill di era masa kini.

                STMM, saat ini selain menyelenggarakan pendidikan yang terkait dengan penyiaran juga sudah membuka program-program studi yang mengarah industri kreatif, dan komunikasi terapan berbasis teknologi digital. Misalnya, Program Studi Animasi, Teknologi Permainan, dan Manajemen Informasi Komunikasi.

                Noor Iza mengutip data LinkedIn, memaparkan bahwa saat ini ada 25 keahlian utama yang palib dibutuhkan. STMM, dari 25 keahlian utama tersebut setidaknya sudah mempunyai enam prodi  yang masuk dalam 8 keahlian utama. Keahlian yang dimaksud adalah video production, audio production, game development, social media marketing, animation, journalism, digital marketing, corporate communication.

Diketahui, STMM saat ini mempunyia lima prodi D4 yakni Manajemen Produksi Siaran, Manajemen Teknik Studio Produksi, Manajemen Pemberitaan, Animasi dan Teknologi Permainan, dan jenjang S1 Manajemen Informasi Komunikasi.

“STMM sudah mempunyai enam prodi yang bisa berkontribusi pada delapan keahlian utama atau hard skill yang dibutuhkan saat ini,” ujarnya saat webinar Berkreasi Melalui Animasi dan Game dalam Masa Serba Online, Kamis 30 Juli 2020.

Meski STMM belum bisa memenuhi semua semua kebutuhan unggulan tersebut lewat pendidikannya, namun setidaknya terus diupayakan. Respon tersebut dalam dunia pendidikan tinggi membutuhkan ketepatan perencanaan dan kecepatan. Pengetahuan dan keahlian baru terus muncul dan berkembang memenuhi kebutuhan masyarakat di era serba digital. Oleh karena itu, salah satu hal yang menjadi fokus STMM adalah ranah transformasi digital dalam pengembangan pendidikannya.

Kalau  bisa menjadi sekolah yang ke depan bisa menjadi (menjawab kebutuhan) transformasi digital,” kata Noor Iza.

Saat ini, perkembangan teknologi informasi di Indonesia sangat potensial. Pasalnya, Indonesia mempunyai bonus demografi yang 34,45 persen adalah anak-anak muda usia produktif (19-34 tahun). Generasi ini dinilai lebih melek teknologi dan repponsif terhadap perubahan.

Soft Skill Mahasiswa STMM

STMM sebagai perguruan tinggi yang keahlian utamanya di bidang komunikasi, juga tidak meninggalkan pengembangan soft skill mahasiswanya. Pasalnya, komunikasi menurut refinitv.com adalah soft skill yang paling dibutuhkan sampai dengan masa mendatang. Hal itulah yang menurut Noor Iza harus disadari STMM dan diterapkan untuk mahasiswanya selain hard skill.

                Peringkat soft skill, pada 2020 menurut World Economic Forum pun telah berubah dari lima tahun sebelumnya (2015). Ciritical thinking saat ini berada di peringkat 2 Top Ten Skills. Sementara creativity yang sebelumnya hanya peringkat 10 naik ke peringkat 3. Emotional intelligence yang sebelumnya tidak diperhitungkan, kini masuk ke peringkat 6.  

“Mahasiswa STMM harus mampu membuat narasi, berinteraksi, komunikasi (speaking), ahli inforgrafis, motion grafis hingga short video,” ujar Noor Iza.

                Setelah menemukan perpaduan hard skill dan soft skill di era kekinian, maka yang tidak kalah penting adalah penerapan leadership (kepemimpinan). Kepemimpinan di era sekarang ini harus mengedepankan adaptasi terhadan perubahan. Empat perubahan yang terjadi yaitu globalisasi, deregulasi, perubahan politik dan sosial revolusi teknologi dalam jasa dan produk.

Mengutip Perry and Wiens 92018), Noor Iza mengatakan bahwa pandangan dan fokus kepemimpinan pada era industry 4.0 menjadi sangat berbeda.

“JIka focus lama adalah keahlian individu, era 4.0 juga harus memaksimalkan kinerja secara tim,” tuturnya.

                Dinamika dan wacana yang telah dan akan terus berkembang tersebut menjadi satu titik tolak langkah STMM ke depan. Dirgahayu, STMM ke-35! (Sony Way)